Rabu, April 03, 2013

Ada Serat (Cinta) dalam Suratku


Dear kekasih.

.           .           .           .           .           .           .           .           .
.           .           .           .           .           .           .           .           .
.           .           .           .           .           .           .           .           .
.           .           .           .           .           .           .           .           .
berkali-kali aku termenung lama di tiap hariku menghalusinasikanmu.
kapan kamu datang untukku?
#15/3/13
Dear kekasih.
Ada rindu untukmu.
Kapan kamu berencana menyapaku?
#16/3/13
Dear Kekasih.
Ini hatiku. Satu untukmu, satu untukku.
Mana satu hatimu yang akan kau pasangkan buatku?
#17/3/13
Dear Kekasih.
Kamu tau? Allah terus saja adil untukku, tapi bukan aku untuk-Nya.
Kiranya kau bisa mengajakku untuk menformulasikan cinta sepenuhnya buat-Nya melalui (mencinta)mu.
#18/3/13

Dear Kekasih.
Mungkin aku terlalu lama tidur bermalas-lemas. Tidak ada semangat dalam hariku. Tidak miliki mimpi untuk diraih, karna tak pernah menyentuh yang namanya mimpi. Mimpi yang ada selama ini cuma halusinansi belaka, bukan imajinasi.
Kuliahku nggak terurus. Hidupku nggak ada warna. Statis. Statis. Statis. Nggak nengok (wacana) alam, nggak nengok literatur. Rasanya aku perlu kamu biar interaksiku dengan dunia menyenangkan. Menarik. Karena aku tak mencintai siapa-siapa dan apa-apa sehingga gairah tak ditemu dalam diriku. Aku perlu kamu.
emm... aku bingung mau memanggilmu apa. Kasih? emm... mungkin di lain waktu aku menyebutmu cinta.
Kasih, hari tadi aku presentasi kuliah ngebahas cinta, atau hubb dalam al-Quran. Cinta tidak sesederhana yang ku tau ya. Kayaknya perlu bersuhuf-suhuf buat mengerti bagaimana saja cinta itu. Kata pakar bahasa yang concern dalam ilmu ma’ani (fan ilmu balaghah) ngomong kalo cinta itu kecenderungan instingtif terhadap suatu objek. Bila rasa itu sudah tertanam kokoh, sababah namanya. Jika terus menggelora dan bergejolak, gharam namanya. Sampai ia benar-benar merindu, isyq’ sebutnya. Lalu ada syaghaf yang artinya cinta nancep begitu kuat. Ketika hal itu mencapai pada titik ekstrim, ini subhanallah... yang ada ta’abbud atau penghambaan diri pada yang dicinta.
Hmm... rasanya pengen ngalamin skema cinta itu. Pasti indah ketemu titik ekstrim: ta’abbud. Tentu saja bukan denganmu, kasih. J Tapi Allah. Kau tidak cemburu, kan. Tentunya dikau sudah mengerti.
Aku perlu kamu untuk mengantarku. Kita sama-sama ya. J
#19/3/13
Dear Kekasih.
Kasih, ada banyak akun di twitter atas nama brokenheart, sakit ati oleh cinta lalunya. Ngomongin kenangan indahnya. Di ujung kalimat, ada ocehan benci dan sedih, di-uleg jadi satu. Aku tak suka liat itu, tapi aku juga ketawa oleh sebagian statusnya yang layak dikatawakan.
Aku tak suka celoteh galau, ngenes dengan cinta, terinjak-injak oleh cinta. Ah mereka saja yang menikmati penderitaannya. Enggan move on. Nyaman pada titik koordinat galau. Aku rasa begitu.
Kasih, aku tak mau seperti itu. Aku tau, kau juga sama tidak menginginkan itu. Aku mau kamu sama aku jadi pilihan seterusnya, satu sama lain senantiasa mencinta, hingga menyandang pengantin dan selamanya bergandengan. Kamu mau, kan. J
Aku menunggumu, tapi jangan lama-lama. J
#20/3/13
Dear Kekasih.
I’m nearly forget to write a latter for you, dear. For this day. Or have did it, coz this midnight already past on 21th of March. Now at 00.51 am, its mean already on 22th of March. So sorry, dear. I’m just eager to watch the movies. It is not mean that women is not more interest than movies. That is another matter, right?
(Aku hampir-hampir lupa nyerat surat buatmu, cinta. untuk hari tadi. Atau sudah lupa, karna tengah malam ini sudah melewati tanggal 21. Sekarang pukul 00.51 WIB, artinya telah berada pada 22. So sorry, dear. Aku bernafsu nonton movie barusan. Ini bukan berarti wanita tidak lebih menarik dari movie. Lain hal kalo itu, ya kan)
Beberapa hari lalu, aku dapati sebuah status yang kurang lebih: “nyatanya wanita tidak lebih menarik dari bola.” kata status di fesbuk seorang perempuan. Mungkin untuk pacarnya. Tentu saja aku tak setuju. Beberapa minggu sebelumnya aku juga ketemu status fb teman cewek (lain lagi) yang menggerutu, berceloteh kalo ia diacuhkan pacar karena lagi nonton bola. Jelasnya ia ingin mengatakan, pacarnya lebih milih dan mementingkan bola daripada dia. “Egois”, kataku
Ini persoalan lain, aku pikir. Pengen-pengen aku komen: “Apa kamu juga mau mengatakan: nyatanya wanita tidak lebih menarik dari makan. Atau: nyatanya wanita tidak lebih menarik daripada pekerjaan. Atau lagi: nyatanya wanita tidak lebih menarik daripada kuliah. Atau lagi: tidak lebih menarik daripada mandi, tidur, ato BAB, sepatu, celana.” Ini lain dari masalah relation antar pasangan/pacar. “memangnya mau, perempuan di-sama-samain sama celana, sepatu, ato BAB?”. Semua benda dan aktivitas itu merupakan sisi lain dari seorang laki-laki, begitu juga perempuan. Mereka butuh semua itu. Hidup itu bukan saja bercinta dengan pacar, kan. Ada makan sebagai kebutuhan, ada pekerjaan sebagai kebutuhan, ada kuliah, sepatu, tidur, BAB sebagai kebutuhan. Termasuk bola juga sebagai kebutuhan. Nonton bola itu kesukaan dan hobi. Hobi itu perlu dalam hidup kita. Karena ia menyenangkan, maka bisa sebagai tombo kejenuhan. Biar nggak bosen, kerja terus, kuliah terus, dan lain sebagainya.
Bukankah begitu? J
Dear, kita bangun cinta dengan saling mengerti. Kalopun satu sama lain nanti ada yang cemburu dengan aktivitas yang masing-masing laku, bukankah itu bumbu roso katresnan kita. J
#peralihan 21 menuju 22/3/13
Dear Kekasih.
30 hari itu lama ya. Rencananya serat surat ini diproyeksi sampai tengah april nanti. Tapi sampai hari ke-8 ini kok rasanya lama. Nggak sabaran. Meski nanti entah bagaimana aku layangkan untukmu. Tapi sebenernya nggak ada niatan untuk melayangkannya sih. Mungkin hanya aku cantelkan di note fb-ku saja dan untuk dibaca siapa saja. Siapa tau . . . kamu membacanya. J supaya kamu segera datang bukan hanya menyapa, tapi selamanya.
Segeralah menghampiriku. Tapi bukan artinya aku tak mau mancarimu.
#22/3/13
Deat Kekasih.
Mataku menangkap-nangkap, cinta. ke sembarang sudut, mengkhayalkan dirimu. Wajahmu ada di wajah mereka. Tidak tanggung-tanggung aku menyorot, tiap perempuan berparas cantik yang aku amati. Tentu saja aku menaruh harapan kamu ada di sana. Selanjutnya bagaimana aku mengambilmu. Kau tak jua ada menghampiriku. Aku bingung dirimu yang mana. Aku tak bisa terus menebak-nebak. Kata seorang teman, “ini urusan hati, tak bisa direkomendasikan, atau urusan selera, tinggal bagaimana kamu mendekatinya,” cobaku mencari jawaban dari  teman.
Ayolah... aku tak bisa menentukanmu. Aku terlalu memilih-milih mana yang pantes untukku ada di dirimu, bukan mana yang pantes dirimu untukku. Aku menginginkanmu (segera).
#23/3/13
Dear Kekasih.
Istirahat dalam kepikiran kamu. Tapi tak istirahat berkhayal kamu. Ada selinap-selinap bayangan di mataku. Entahlah. Tentu saja aku masih berkobaran mengharapmu. Tapi aku istirahat dalam kepikiran kamu.
Kamu tak apa, kan? Baik-baik dulu ya.
#24/3/13
Dear Kekasih.
Aku selalu gagal untuk coba menyapamu. Aku ingin obrolan di dumay (dunia maya), tapi pikirku sebaiknya jangan. Cuma ganggu aktivitas kuliah, katanya. Aku ingin obrol di hape, “sebaiknya jangan” katanya lagi. Bikin lalai sinau nanti.
Aku juga jengkel. Rasa-rasanya ada bejibun hal yang perlu diketahui. Dan itu melalui belajar yang semestinya menyita waktu. Tapi aku selalu gagal juga. Biasanya aku bingung karena kebanyakan kajian. Tapi parahnya, uniknya, ujung-ujungnya nggak pernah jadi untuk baca (belajar) oleh karena kebingungan itu. Akhirnya, waktu yang sia-sia.
Cinta, gimana ini?
#25/3/13
Dear Kekasih.
Maaf, cinta. semalem hampir semaleman aku tidur: sedari jam 7 sampek jam 5. Tentu saja belum isya’an. Tak ada yang membangunkan untuk tanya: “bug bug bug. Zam, sudah shalat isya’?” sebenernya sempat melek (entah jam berapa), tapi kembali tepar. Ah, secapek apa aku? Tadinya cuma ngantuk saat nderes, tapi kuat-kuatnya sampek 10 jam. Tidur apa semaput itu?!
Maaf, cinta. begini lah kesemrawutan hidupku. Aku mulai nggak bisa ngatur diri. Barangkali ada banyak dosa. Maaf...
Kemaren sore, aku sempat membayangkan: Guru anak-anak (TK) itu menyenangkan ya, pinter bergaul dengan bocah-bocah, bisa menarik mereka. Aku jadi pengen istriku itu guru TK.  Tentu ia akan lihai berobrol gaul dan menarik dengan siapa saja. Orangnya asyik pastinya. Tapi bukan bermaksud kamu harus jadi guru TK, cinta. Cukuplah jadi dirimu sendiri. Kalau kau pandai bergaul dan membuat anak-anak tertarik, mengapa tidak?
Dear kekasih.
.           .           .           .           .           .           .           .           .           .
#26-27/3/13
Dear Kekasih.
Aku mulai bingung mau nyerat apa buat kamu. Yang jelas, aku tak sempat (pernah) bingung untuk merindukanmu.
#28/3/13
Dear Kekasih.
Kali kedua aku ngopi di warung kopi. Biasanya, aku lebih suka nyeduh kopi sendiri di atas ranjang (menikmati secara pribadi). Tentu saja hal itu lebih murah, di luar bisa berkali lipat dari biaya ngopi sendiri. Tapi tak apa sesekali di warung kopi sambil biar tahu sosial interaksi kaum muda jogja lingkup warung kopi.
“biar tahu” bukan saja biar tahu, tapi perlu. Kita perlu tahu dunia orang lain, itu muthlak diperlukan. Masuk di dunia mereka itu perlu, bukan ekslusif hidup di egosentris sendiri. Main kartu dan umpatan, pahami saja pikirannya atau ambil nilainya.
Begitu kan, cinta... kita nggak perlu sok-sok’an nggak nimbrung ke bukan dunia kita. Kita perlu paham dunia orang lain supaya tidak salah paham dengan hidup orang lain.
Selama ini aku egois, melakukan duniaku sendiri, mengerjakan tugasku sendiri, padahal aku perlu orang lain, nggak bisa jalan sendiri, tapi maksain diri melaku sendiri-sendiri. Ah aku pinta kamu saja buat temani aktivitas kerjaanku, aku malu minta ajar teman-temanku.
Eh, aku salah ya ambil sikap. Duuh...
#29/3/13
Dear Kekasih.
Cinta, aku sempat berpikir untuk membuat jeda seratan surat ini. “Menunda”, bahasa lainnya. Maksudku, sementara aku mendek buat ngelanjutkan seratan surat ini. Rasanya ada banyak tugas yang memaksaku untuk memberi perhatian lebih, karena kalau nggak begitu, “teter” kuliahku. Gimana menurumu?
Tidak usah kau khawatir, selalu ada semayam pikiran tentangmu di sela aktivitasku.
#30/3/13
Dear Kekasih.
. . . di sela-sela aktivitasku, hari ini, sore ini, setelah membuka mata dari qailulah, rasanya amat sangat merindukanmu, cinta. . . sangat terasa. Ada pada titik kerinduan yang teramat sangat.
#31/3/13

0 comments:

Posting Komentar