BEHEL FASHION

Lihat yah ^^

OPAC UIN SUKA

Nyari buku di Perpus UINJOG

FACEBOOK

Tampang fb gua!

POETRY

Senja Di Pantai

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, Mei 09, 2012

Senja di Pantai



Senja kala itu
Tersirat bungah
Agak malu
Entah apa yang dibenak
Mengamini lambaian ombak
Sentuh, basah, dan riang
Celoteh protes sekedar bumbu nuansa
Masih malu-malu
Pantai atau orang-orang
Nikmati waktu
Kendati bukan biasanya
Ombak tampak sedikit kaku
Pun mereka bersenandung tawa
Tak tertinggal dia
Ragu namun tak diam
Sepercik dan seterusnya
Memulai
Telentangkan tangan
Merasa, asin banyu
Di raupan muka, memerah kulit
Tersentuh terik
Tetap riang
Senja apik kala itu
Memotret momen
Gadis menyapa ombak
08/05/2012

Rabu, Mei 02, 2012

I Don’t Care


Oleh: Zam Anharaz*

Tafsir Hadits, mau jadi apa?
“Hahaha, i don’t care. Mau jadi apa, suka-suka lah! Prospek ke depan memberi ruang berpolah bebas untuk siapa saja.” oceh Syaifuddin, mahasiswa semester pertama fakultas Ushuluddin prodi Tafsir Hadits, menanggapi celotehan orang-orang tiap kali ditanya jurusan kuliahnya.
“Melihat peluang publik ke depan, yang sangat dibutuhkan khalayak dan pemerintah itu terhadap orang-orang yang memiliki pengetahuan yang jarang dimiliki umum. Kalau mereka yang konsentrasi jurusan agama, yang tampak sekali diperlukan itu seperti Falak, karena ia berkenaan masalah qiblat dan waktu yang penting sekali buat mayoritas masyarakat Indonesia, mengingat masih sedikit yang ahli dalam bidang tersebut. Kan berbeda dengan Tafsir Hadits, dan sebagainya. Emm... sudah banyak lah ‘ahlul kitab’ dimana-mana, apalagi dari civitas pesantren. Peluang publik tentulah sedikit untuk mereka, karena telah bejibun. Apalagi oleh pasar kerja...” Ujar lebar Adin yang bangga dengan titelnya sebagai mahasiswa kosentrasi Falak. Syaif mangut-mangut saja, “Ya ya ya...”
Kali ini Syaif bertatap omongan dengan seorang lagi, lain status, dari kesekian kali mendapati kalimat “Tafsir Hadits mau jadi apa?”. Ia tak peduli, berangkat dari Tafsir Hadits dan berpeluang kerja apa. Enjoy aja menikmati studi. Masalah kerja, take a easy for everything. “Hahaha...” ngakaknya dalam hati.
Sebenarnya mereka saja yang belum memahami seperti apa itu Tafsir Hadits. Bayangan mereka mungkin hanya gambaran seseorang yang berkutat dengan kitab-kitab, lantas berpikir akan laku apa di publik. “Sekali lagi, i don’t care.” ucapnya.
Syaif bisa menjadi apa saja semau jiwa, ikut kehendak hati. Intrepreneur? Ah, ia biasa menemukan ide-ide melihat segala yang ada di depan mata. Menilik pasar, minat publik, sikon masyarakat, kemudian berangkat dengan ide-ide brilian serta bermodal pandai berakraban, ia bisa menciptakan bisnis dan memiliki inovasi-inovasi. Lantas menggaet patner dari berbagai kalangan teman, terlebih jaringan kampus yang tentu memiliki skill beragam latar jurusan, itu bisa menjadi sangat berpotensi untuk intrepreneur. Menggandeng civitas teknologi informatika, bahasa dan seni, tata rias, pariwisata, dan banyak sebagainya, itu mendukung ladangnya untuk berintrepreneur. Semua itu mudah.
Atau jadi jurnalis? Tentulah bisa, karena ia biasa menulis. Pengalaman jadi Peminpin Redaksi majalah sekolah serta berkali menelorkan karya tulisan, baik ilmiah atau mengisi rubrik majalah, itu cukup menjadi modal untuk berangkat jadi jurnalis. Selebihnya, bisa dilatih. semua itu cuma butuh mengasah ketrampilan. Ingin menjadi apapun, ketrampilan yang wajib dipunyai. Skill bisa dimiliki dengan berlatih serta pengalaman. Ia hanya perlu pengalaman dan berguru pengalaman. Pengalaman bisa diraih melalui sharing teman, tidak mesti terjun langsung. “Segalanya itu mudah.” Itu konsep Syaif. Tanpa terikat latar kondisi keluarga, agama, tempat tinggal, apalagi memandang jurusan (kuliah), semua hal dapat dilakukan. “Jadi, Tafsir Hadits mau jadi apa?” haaaah...!!! terdengar basi.
            Sebenarnya, jika para penceloteh mengetahui seperti apa aktivitas civitas Tafsir Hadits, mereka tidak akan bertanya hal itu. Gambaran benaknya masih abstrak terhadap keuntungan ke depan dari jurusan ini, sehingga mereka mengernyitkan dahi dalam memandang mahasiswanya. “Aku males menjelaskan ke mereka. Yang penting aku don’t care! Hehehe...” ringan Syaif atas sebuah saran teman untuk menyuguhkan penjelasan. Syaif mengerti bila prospek jebolan Tafsir Hadits ialah sebagai pengajar, peneliti, penulis, ulama intelektual, yang tentunya pada bidang agama, khususnya bidang al-Qur`an serta Hadits, namun ia tak ingin saja mengabarkan hal itu karena ia memang tidak menginginkan untuk bertitel tersebut. Baginya, boleh menjadi mereka (pengajar, peneliti dan ulama intelektual) untuk menjalankan misi lulusan Tafsir Hadits atau menularkan pengetahuan, namun itu bukan orientasinya. “Aku cuma ingin hidup bebas tanpa terikat pandangan jabatan, bisa dikatakan semau hati lah. Yang jelas, mau jadi apa? i don’t care. Hahaha...”