Rabu, Desember 21, 2011

Gangguan Handphone Terhadap Anak Muda


            Anak muda mana yang sekarang tidak punya handphone? sama sekali tidak pernah memegang handphone? Atau memang ada yang tidak punya, karena tidak ada uang. Tapi setidak-tidaknya mereka sudah pandai memainkan handphone. Semiskin apapun anak muda, ia tidak gaptek untuk sekedar main-main handphone, entah dari meminjam teman atau siapa.
            Realitanya bukan hanya remaja yang dimana-mana menggenggam handphone, bahkan bocah SD-pun ikut-ikutan bermain handphone. Kiranya ini kemajuan atau sebuah efek dari kecanggihan zaman. Wireless Intellegent pada tahun 2009 melansir, Indonesia adalah pengguna handphone terbanyak keenam di dunia dengan jumlah 116 juta jiwa. Dalam perkembangannya, saat ini pengguna handphone mencapai kisaran 125 juta dari 238 juta penduduk indonesia. Namun dikatakan, telah terdaftar 180 juta nomor ponsel yang tersebar di masyarakat. Ini menandakan masyarakat indonesia banyak menggunakan ponsel lebih dari satu.
Terjadi sedemikian rupa, karena handphone sudah menjadi kebutuhan primer untuk saling kontak satu sama lain dalam kelancaran sebuah usaha. Didukung dengan harga handphone yang berbeda dengan keadaan dulu dimana ia adalah barang tersier yang tentunya hanya bisa dimiliki oleh orang-orang elit, sekarang ini gampang diperoleh masyarakat dengan tawaran harga yang terjangkau. Apalagi produk China yang menyerbu pasar ponsel Indonesia akhir-akhir ini, ia menawarkan handphone murah dengan fitur lengkap. Berangkat dengan uang 300 ribuan saja, masyarakat dapat memboyong pulang sebuah handphone berkamera dengan fitur internet, pemutar mp3 dan video, dan sebagainya.
            Bermula dari kebutuhan masyarakat dan harga yang relatif murah itu, secara tidak sengaja menyebabkan anak muda berkeinginan untuk memiliki. Apalagi tawaran fitur lengkap handphone yang sedemikian asyik, menggiurkan mereka untuk bisa menggunakan dan tampil gaya. Nah, ini yang menjadikan handphone merata dimiliki anak muda, remaja, sampai seorang bocah SD.
            Telpon, SMS (short messege service), internet, pemutar musik dan video, ialah sekian fitur handphone yang digandrungi anak muda. Mereka gemar untuk berkirim SMS, berinternet ria, dan memutar mp3. Hal yang paling asyik bagi anak muda ialah ketika berkontak komunikasi dengan lawan jenis.  Berjam-jam menelponpun betah, hingga ratusan SMS terlontar tak terasa untuk sekedar ngobrol. Malah dengan adanya facebook, twitter, atau jejaring lain yang mudah diakses melalui handphone, membuat mereka semakin asyik berkontak ngobrol dengan ratusan temannya. Itu sudah menjadi perihal yang biasa bagi anak muda.
             TNS, sebuah perusahaan spesialis riset pasar, mempunyai data-data yang cukup menarik tentang perilaku pengguna handphone di Indonesia. Ia mengungkapkan, SMS ialah fitur yang paling sering digunakan disusul internet dan musik. Pagi hari saat sarapan, sore hari sekitar jam 3 sampai 6 sore, dan malam hari adalah waktu dimana handphone paling sering digunakan. Namun bukan cuma pada waktu iu, kapanpun dan saat apapun, tampaknya anak muda selalu berkutat dengan handphone. Bahkan bagi kalangan mahasiswa, pasti ada waktu sela untuk berhandphone ria kendati saat di kelas. Setiap polah, dalam situasi apapun, anak muda masih sempat bermain handphone dalam kesibukannya.
            Memang hal demikian sah-sah saja dilakukan anak muda, namun menjadi sebuah permasalahan ketika aktivitas itu tidak dikontrol. Artinya, mereka terlepas menjadikan aktivitas SMS-an dan internetan sebagai rutinitas yang secara berlebih-lebihan dilakukan. Sangat ironi terjadi pada anak muda, karena kewajiban pokok berdampak kalah dengan rutinitas berkontak komunikasi itu. Terutama bagi anak muda kalangan pelajar dimana kewajiban esensial (belajar) terganggu dengan hadirnya aktivitas tersebut.
            Tidak mengapa ketika handphone tak mengusik dan mengganggu aktivitas wajib, tetapi ia mendukung sebuah pekerjaan sebagaimana fungsi substansial handphone yang membantu usaha memenuhi kebutuhan seseorang. Dalam hal ini, anak muda bisa memanfaatkan handphone sebagai pendukung kelancaran pekerjaannya. Kalangan siswa dan mahasiswa bisa mengkomunikasikan pelajaran dan berdiskusi melalui handphone, bukan sekedar obrolan yang tanpa manfaat. Bolehlah ngobrol sebagai sisipan diskusi untuk hiburan, bukan sebaliknya, menjadikan diskusi sebagai sisipan dalam obrolan yang sering kali melenakan anak muda sehingga betah ngobrol ngalor-ngidul tak ada guna secara terus menerus.
            Dengan fitur layanan internet, handphone bisa lebih dimaksimalkan untuk surfing dan browsing memperkaya pengetahuan. Atau bila menyukai jejaring sosial, mereka juga bisa menkomunikasikan informasi untuk pengetahuan tambahan. Berdiskusi, saling tukar informasi, share dan salin menyuguhkan solusi, cukup asyik dalam obrolan dan bisa lebih mencerahkan pikiran. Dengan demikian, handphone bukan lagi sebagai pengganggu yang tidak disadari, melainkan bermanfaat sebagai pendukung untuk pekerjaan anak muda.

0 comments:

Posting Komentar