Siang tadi, aku baru nginjek aspal Kudus. Rasanya agak
terinjek-injek malah, diri. Bagaimana enggak, melulu aku disinggung perihal
bisnis berjenis MLM yang pernah aku tawarin ke satu kawan pondok. Sudah menjadi
berita umum bila MLM itu menipu dan merugikan karena “Masuk Langsung Mlarat”.
Terbukti dari muculnya ia, sedari lama, telah banyak menelan korban hingga sama
sekali tak diuntungkan. Hal ini karena kebanyakan dari mereka yang menyandang
strategi MLM sangatlah menjatuhkan member melalui metodenya; sistem bagi hasil
dengan iming-iming yang tak realistis, adanya tutup point yang semakin jauh dan
sulit untuk mendapati hasil, dan lain-lain, dan lain-lain.
Iya, memang benar demikian. Namun yang perlu mereka
selidiki, PT. Melia Nature Indonesia sebagai salah satu perusahaan yang
menerapkan sistem pemasaran Multi Level Marketing ialah mempunyai keunggulan
sistem yang cukup menguntungkan para member, dan ia dikata sebagai tandingan
MLM “buruk” yang menyuguhkan keuntungan dan bukan iming-iming.
Sebagai pengalaman orang-orang yang trauma akan MLM,
kiranya perlu mempelototi penjelasan secara detail tentang MNI (Melia Nature
Indonesia). Ah, langsung pada permasalahan yang biasa didera member MLM, bahwa
mereka sering dirugikan dengan adanya sistem tutup point oleh sebab tak
memenuhi target penjualan. Kita tahu suatu produk tidak selalu diminati oleh
semua orang, sehingga dalam satu waktu yang telah ditentukan, belum tentu dan
pasti dapat habis terjual. Konsekuesinya, si member harus menambal kekurangan pada
produk yang seharusnya terjual dalam sebuah kurun waktu itu, supaya bonus yang
telah dijanjikan dapat diterima tangan. Akan tetapi masalahnya, biasanya tutup
point yang perlu dibayarkan adalah lebih besar harganya daripada jumlah bonus
itu sendiri.
Selain itu, bonus-bonuspun keluar dalam hitungan
perbulan. Ini menjadi masalah plus, mengingat seorang member yang juga manusia
mempunyai kebutuhan yang perlu dipenuhi sehari-hari. Karena bonus yang keluar
adalah perbulan, disamping adanya terget-terget penjualan yang seringkali
mengharuskan tutup point, maka takaran pendapatan dan pengeluaran biaya hidup
hari seorang member tidaklah proporsional. Jelas karena pengeluaran pasti lebih
besar dari pendapatan yang sedikit, bahkan rugi.
Memandang gejala sempak terjang beberapa atau banyak MLM
di Indonesia ini yang sedemikian rupa, MNI muncul dengan tetap membawa MLM
namun menawarkan sistem bagi hasil yang baik dan selayaknya bagi member. Bukan
sekedar layak, namun cukup menguntungkan. Permasalahan yang biasa menjangkiti
member, tidak lagi ada dan terhapus dari sistem MLM dari MNI, yakni bayaran
satu hari kerja, tak ada tutup point karena member tidak diharuskan atau perlu
berjualan produk, dan 3 jenis bonus yang ditunjukkan ialah kesemua realistis,
--menengok MLM kanan-kiri yang menyuguhkan banyak bonus namun tak masuk akal--
bukan lagi hanya iming-iming (reward) berupa mobil mewah, rumah mewah, dan
kapal pesiar yang sangat sulit untuk direalistiskan.
Ah sudahlah, ngapain aku promosi di sini. Toh aku juga
sudah loyo (lebih tepatnya males) untuk aktif dalam mengerjakan bisnis ini.
Bukan masalah ini MLM yang lihai berbual (jika boleh berkata demikian
sebagaimana simpulan saya atas pengalaman orang-orang), --MNI bagus, aku tilik
(lihat)—tapi ada tanggungjawab yang telah dipangku yang harus aku prioritaskan.
Yah, begitulah...
Aih, semoga teman-teman mengetahui, agar aku tak lagi
dicelotehi kesuksesan bisnis MLM yang satu bulan lalu ku tawarkan pada satu
orang kawan, namun dari mulut ke mulut hingga tersebarlah ke mulut teman-teman.
01/07/12
0 comments:
Posting Komentar