Baru saja
hari lalu, 24 jam mundur dari pukul 10.00 WITA sekarang ini, saya melaksanakan
misi saya. Misi utama saya dalam kunjungan ke Manado, yaitu menjadi wali nikah
bagi kakak perempuan saya, Fahriyal Fitriyana. Tidak ada Bapak, apalagi simbah,
cuman saya yang didatangkan dari Jawa dalam keperluan ini, sekaligus/di samping
untuk mengobati kekangenan Ibu kepada saya yang memang sudah tinggal di Manado
sini, makanya cukup lama saya di sini, sebulan lebih.
Kemarin saya
menjadi wali nikah, menandatangani sebagai wali nikah, meskipun pelaksanaan
akad nikah saya wakilkan kepada pihak KUA, mempertimbangkan saya belum
mempelajari redaksi dalam prosesi sebuah akad nikah. Memang saya tidak terlalu
ambil pusing sebelumnya, hanya berpatokan televisi dalam adegan akad nikah.
Maka apabila ada perbedaan tata cara dalam susunan redaksi dalam prosesi akad
nikah –apalagi di sini berbeda adat dengan Jawa--, sama sekali saya belum
pengalaman.
Calon suami kakak saya (sekarang sudah menjadi suami), Arya Lukmana,
Makassar punya, orang bugis. Tapi sedari kecil sudah ada di Manado mengikuti orang
tua yang bertugas intel di Manado. Dua tahun yang lalu, kakak saya menyusul Ibu
ke Manado. Sempet kuliah sebentar, sekarang jadi guru madrasah Ibtidaiyah,
kemudian bertemu jodoh baru-baru entah berapa bulan yang lalu. Tentu ada
perbedaan adat antara Makassar dengan Jawa, ditambah Manado yang sekarang
ditinggali.
Ibu saya
lumayan fanatik kejawen, tapi tidak konsisten. Di pihak laki-laki pun memegang
adat bugis. Sempet mengalami perselisihan sulit. Bukan antara Jawa dengan
bugis, tapi Ibu dengan kakak saya terkait pihak laki-laki harus nurut dengan
adat Jawa. Tapi saya bilang, Ibu tidak konsisten dengan prinsip kejawenan-nya.
Saya beberapa kali melehno/ngewelehno pitutur-pitutur Ibu dengan
hati-hati, mengingat watak beliau yang ngotot dan ora keno ora, kalau sudah
terpojok akhirnya bilang: “seng salah ki ancen mbok’em kabeh” atau kalau
bukan “alah..!”
Jadi, besok saya pulang. Balik Jogja 29
Agust!
0 comments:
Posting Komentar