Oleh: Zam Anharaz*
Tafsir Hadits, mau jadi apa?
“Hahaha, i don’t care. Mau jadi apa, suka-suka lah! Prospek ke depan
memberi ruang berpolah bebas untuk siapa saja.” oceh Syaifuddin, mahasiswa
semester pertama fakultas Ushuluddin prodi Tafsir Hadits, menanggapi celotehan
orang-orang tiap kali ditanya jurusan kuliahnya.
“Melihat peluang publik ke depan, yang sangat dibutuhkan khalayak dan
pemerintah itu terhadap orang-orang yang memiliki pengetahuan yang jarang dimiliki
umum. Kalau mereka yang konsentrasi jurusan agama, yang tampak sekali
diperlukan itu seperti Falak, karena ia berkenaan masalah qiblat dan waktu yang
penting sekali buat mayoritas masyarakat Indonesia, mengingat masih sedikit
yang ahli dalam bidang tersebut. Kan berbeda dengan Tafsir Hadits, dan
sebagainya. Emm... sudah banyak lah ‘ahlul kitab’ dimana-mana, apalagi dari civitas
pesantren. Peluang publik tentulah sedikit untuk mereka, karena telah bejibun. Apalagi
oleh pasar kerja...” Ujar lebar Adin yang bangga dengan titelnya sebagai
mahasiswa kosentrasi Falak. Syaif mangut-mangut saja, “Ya ya ya...”
Kali ini Syaif bertatap omongan dengan seorang lagi, lain status, dari
kesekian kali mendapati kalimat “Tafsir Hadits mau jadi apa?”. Ia tak peduli,
berangkat dari Tafsir Hadits dan berpeluang kerja apa. Enjoy aja
menikmati studi. Masalah kerja, take a easy for everything. “Hahaha...”
ngakaknya dalam hati.
Sebenarnya mereka saja yang belum memahami seperti apa itu Tafsir Hadits.
Bayangan mereka mungkin hanya gambaran seseorang yang berkutat dengan kitab-kitab,
lantas berpikir akan laku apa di publik. “Sekali lagi, i don’t care.” ucapnya.
Syaif bisa menjadi apa saja semau jiwa, ikut kehendak hati. Intrepreneur?
Ah, ia biasa menemukan ide-ide melihat segala yang ada di depan mata. Menilik pasar,
minat publik, sikon masyarakat, kemudian berangkat dengan ide-ide brilian serta
bermodal pandai berakraban, ia bisa menciptakan bisnis dan memiliki
inovasi-inovasi. Lantas menggaet patner dari berbagai kalangan teman, terlebih jaringan
kampus yang tentu memiliki skill beragam latar jurusan, itu bisa menjadi
sangat berpotensi untuk intrepreneur. Menggandeng civitas teknologi
informatika, bahasa dan seni, tata rias, pariwisata, dan banyak sebagainya, itu
mendukung ladangnya untuk berintrepreneur. Semua itu mudah.
Atau jadi jurnalis? Tentulah bisa, karena ia biasa menulis. Pengalaman jadi
Peminpin Redaksi majalah sekolah serta berkali menelorkan karya tulisan, baik
ilmiah atau mengisi rubrik majalah, itu cukup menjadi modal untuk berangkat
jadi jurnalis. Selebihnya, bisa dilatih. semua itu cuma butuh mengasah
ketrampilan. Ingin menjadi apapun, ketrampilan yang wajib dipunyai. Skill
bisa dimiliki dengan berlatih serta pengalaman. Ia hanya perlu pengalaman dan
berguru pengalaman. Pengalaman bisa diraih melalui sharing teman, tidak mesti
terjun langsung. “Segalanya itu mudah.” Itu konsep Syaif. Tanpa terikat latar
kondisi keluarga, agama, tempat tinggal, apalagi memandang jurusan (kuliah), semua
hal dapat dilakukan. “Jadi, Tafsir Hadits mau jadi apa?” haaaah...!!! terdengar
basi.
Sebenarnya, jika para penceloteh
mengetahui seperti apa aktivitas civitas Tafsir Hadits, mereka tidak akan
bertanya hal itu. Gambaran benaknya masih abstrak terhadap keuntungan ke depan dari
jurusan ini, sehingga mereka mengernyitkan dahi dalam memandang mahasiswanya. “Aku
males menjelaskan ke mereka. Yang penting aku don’t care! Hehehe...”
ringan Syaif atas sebuah saran teman untuk menyuguhkan penjelasan. Syaif
mengerti bila prospek jebolan Tafsir Hadits ialah sebagai pengajar, peneliti,
penulis, ulama intelektual, yang tentunya pada bidang agama, khususnya bidang
al-Qur`an serta Hadits, namun ia tak ingin saja mengabarkan hal itu
karena ia memang tidak menginginkan untuk bertitel tersebut. Baginya, boleh menjadi
mereka (pengajar, peneliti dan ulama intelektual) untuk menjalankan misi
lulusan Tafsir Hadits atau menularkan pengetahuan, namun itu bukan
orientasinya. “Aku cuma ingin hidup bebas tanpa terikat pandangan jabatan, bisa
dikatakan semau hati lah. Yang jelas, mau jadi apa? i don’t care. Hahaha...”
0 comments:
Posting Komentar