Anak muda mana
yang sekarang tidak punya handphone? sama sekali tidak pernah memegang
handphone? Atau memang ada yang tidak punya, karena tidak ada uang. Tapi setidak-tidaknya
mereka sudah pandai memainkan handphone. Semiskin apapun anak muda, ia tidak
gaptek untuk sekedar main-main handphone, entah dari meminjam teman atau siapa.
Realitanya bukan
hanya remaja yang dimana-mana menggenggam handphone, bahkan bocah SD-pun
ikut-ikutan bermain handphone. Kiranya ini kemajuan atau sebuah efek dari
kecanggihan zaman. Wireless Intellegent pada tahun 2009 melansir, Indonesia adalah
pengguna handphone terbanyak keenam di dunia dengan jumlah 116 juta jiwa. Dalam
perkembangannya, saat ini pengguna handphone mencapai kisaran 125 juta dari 238 juta penduduk indonesia. Namun dikatakan, telah terdaftar 180 juta nomor ponsel yang
tersebar di masyarakat. Ini menandakan masyarakat indonesia banyak menggunakan
ponsel lebih dari satu.
Terjadi sedemikian
rupa, karena handphone sudah menjadi kebutuhan primer untuk saling kontak satu
sama lain dalam kelancaran sebuah usaha. Didukung dengan harga handphone yang
berbeda dengan keadaan dulu dimana ia adalah barang tersier yang tentunya hanya
bisa dimiliki oleh orang-orang elit, sekarang ini gampang diperoleh masyarakat dengan
tawaran harga yang terjangkau. Apalagi produk China yang menyerbu pasar ponsel
Indonesia akhir-akhir ini, ia menawarkan handphone murah dengan fitur lengkap. Berangkat
dengan uang 300 ribuan saja, masyarakat dapat memboyong pulang sebuah handphone
berkamera dengan fitur internet, pemutar mp3 dan video, dan sebagainya.
Bermula dari
kebutuhan masyarakat dan harga yang relatif murah itu, secara tidak sengaja
menyebabkan anak muda berkeinginan untuk memiliki. Apalagi tawaran fitur
lengkap handphone yang sedemikian asyik, menggiurkan mereka untuk bisa
menggunakan dan tampil gaya. Nah, ini yang menjadikan handphone merata dimiliki
anak muda, remaja, sampai seorang bocah SD.
Telpon, SMS (short
messege service), internet, pemutar musik dan video, ialah sekian fitur handphone
yang digandrungi anak muda. Mereka gemar untuk berkirim SMS, berinternet ria, dan
memutar mp3. Hal yang paling asyik bagi anak muda ialah ketika berkontak
komunikasi dengan lawan jenis. Berjam-jam
menelponpun betah, hingga ratusan SMS terlontar tak terasa untuk sekedar
ngobrol. Malah dengan adanya facebook, twitter, atau jejaring lain yang mudah
diakses melalui handphone, membuat mereka semakin asyik berkontak ngobrol
dengan ratusan temannya. Itu sudah menjadi perihal yang biasa bagi anak muda.
TNS, sebuah perusahaan
spesialis riset pasar, mempunyai data-data yang cukup menarik tentang perilaku
pengguna handphone di Indonesia. Ia mengungkapkan, SMS ialah fitur yang paling
sering digunakan disusul internet dan musik. Pagi hari saat sarapan, sore hari
sekitar jam 3 sampai 6 sore, dan malam hari adalah waktu dimana handphone
paling sering digunakan. Namun bukan cuma pada waktu iu, kapanpun dan saat
apapun, tampaknya anak muda selalu berkutat dengan handphone. Bahkan bagi
kalangan mahasiswa, pasti ada waktu sela untuk berhandphone ria kendati saat di
kelas. Setiap polah, dalam situasi apapun, anak muda masih sempat bermain
handphone dalam kesibukannya.
Memang hal
demikian sah-sah saja dilakukan anak muda, namun menjadi sebuah permasalahan
ketika aktivitas itu tidak dikontrol. Artinya, mereka terlepas menjadikan
aktivitas SMS-an dan internetan sebagai rutinitas yang secara berlebih-lebihan
dilakukan. Sangat ironi terjadi pada anak muda, karena kewajiban pokok
berdampak kalah dengan rutinitas berkontak komunikasi itu. Terutama bagi anak
muda kalangan pelajar dimana kewajiban esensial (belajar) terganggu dengan
hadirnya aktivitas tersebut.
Tidak mengapa ketika
handphone tak mengusik dan mengganggu aktivitas wajib, tetapi ia mendukung
sebuah pekerjaan sebagaimana fungsi substansial handphone yang membantu usaha
memenuhi kebutuhan seseorang. Dalam hal ini, anak muda bisa memanfaatkan handphone
sebagai pendukung kelancaran pekerjaannya. Kalangan siswa dan mahasiswa bisa
mengkomunikasikan pelajaran dan berdiskusi melalui handphone, bukan sekedar
obrolan yang tanpa manfaat. Bolehlah ngobrol sebagai sisipan diskusi untuk
hiburan, bukan sebaliknya, menjadikan diskusi sebagai sisipan dalam obrolan
yang sering kali melenakan anak muda sehingga betah ngobrol ngalor-ngidul
tak ada guna secara terus menerus.
Dengan fitur layanan
internet, handphone bisa lebih dimaksimalkan untuk surfing dan
browsing memperkaya pengetahuan. Atau bila menyukai jejaring sosial,
mereka juga bisa menkomunikasikan informasi untuk pengetahuan tambahan.
Berdiskusi, saling tukar informasi, share dan salin menyuguhkan solusi, cukup
asyik dalam obrolan dan bisa lebih mencerahkan pikiran. Dengan demikian, handphone
bukan lagi sebagai pengganggu yang tidak disadari, melainkan bermanfaat sebagai
pendukung untuk pekerjaan anak muda.
0 comments:
Posting Komentar