Menjadi suatu hal yang biasa kala tahun baru terselenggara sebuah perayaan.
Belahan-belahan dunia secara serentak melaksanan prosesi pesta untuk merayakan
tahun baru. Berbagai model pesta digelar dimana-mana dengan pertunjukan kembang
api, konser, dan sebagainya. Bahkan di titik-titik kota, pergelaran acara dalam
perayaan tahun baru sampai besar-besaran.
Hal tersebut menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menghibur bagi
penduduk dunia pada umumnya. Namun oleh satu kalangan, hal demikian dianggap
buruk karena terdapat unsur penghambur-hamburan uang untuk sesuatu yang
sia-sia. Terlebih dalam pandangan ulama islam yang melihatnya sebagai
kemaksiatan oleh sebab polah manusia yang buruk dalam pesta, disamping adanya
perayaan tersebut mengandung unsur ishraf.
Kekontranan mereka dengan adanya perayaan tahun baru ditimbulkan
karena pesta dikatakan terlalu banyak dana yang dihabiskan untuk penyuksesan
pesta. Menurut mereka, akan dirasa lebih baik jika dana tersebut dibagi-bagi
kepada orang miskin, anak yatim, dan orang-orang tak mampu. Terlebih kepada
rakyat Indonesia yang masih terpuruk masalah kemiskinan, dana tersebut bisa
digunakan untuk membantu mereka.
Memang benar hal demikian menguntungkan di satu sisi, karena adanya
pesta ialah menghibur manusia, namun di sisi lain dirasa merugikan bagi
orang-orang miskin yang membutuhkan bantuan. Namun perlu diketahui, semua
barang dalam perayaan pesta disiapkan dari membeli produksi masyarakat, baik
barang maupun jasa, dimana hal tersebut --bisa dikatakan-- termasuk upaya menanggapi
kesejahteraan rakyat dan pengentasan pengangguran dan kemiskinan.
Menurut saya, perayaan tahun baru dengan menggelar pesta bisa
menjadi baik untuk semua pihak. Adanya pesta tidak merugikan orang miskin,
namun sebaliknya, ia bisa menjadi menguntungkan untuk mereka. Dikatakan
menguntungkan, dengan syarat jika parayaan pesta melibatkan meraka yang miskin.
Maksudnya, barang-barang yang diperlukan untuk pesta --berupa alat, makanan,
minuman, dan jasa-- bisa meminta orang miskin untuk ikut andil dalam
membuatnya. Partisipasi warga miskin ditonjolkan dalam hal ini.
Selain itu, kaum miskin sendiri dapat menciptakan kreasi untuk bisa
digunakan dalam penyuksesan pesta. Mereka bisa membuat barang dan jasa dengan
dibantu kaum-kaum kompeten. Tentunya instansi atau pemerintah dapat menyuguhkan
dan menyediakan bantuan dana untuk usaha itu. Dengan demikian, perayaan tahun
baru dengan pesta, meski besar-besaran, bukan menjadi penghibur manusia satu
kalangan saja, tetapi ia juga bisa menjadi kebahagiakan bagi kaum miskin.
0 comments:
Posting Komentar